(balasan Surat Kedua Findy Fitriyah di Her's Blog names Memasuki Dunia Tanpa Musim)
Tombol backspace kembali ku pasang sebelum memulai tulisan ini, karena pasti akan sering kugunakan untuk menulis cerita ini, imbas dari surat keduamu itu. Ya, ternyata lebih sulit merespon sesuatu yang sudah terlanjur bagus tertata daripada menjadi orang pertama yang memulai cerita. Entah sudah berapa kali tombol itu kugunakan untuk memastikan bahwa apa yang tertulis layak bersanding dengan tulisanmu terdahulu, dan anggaplah aku serius “membagusi” tulisan ini.
Alhamdulillah Ternate hari ini cerah (lebih tepatnya terlalu cerah), teriknya matahari sepanjang Kastela-Ubo-Ubo masih tetap terasa meski sudah sejam yang lalu perjalanan itu berlangsung. Untungnya kita terjaraki tempat dan waktu, tak tau apa yang terjadi jika Kau ada disini dan membaui badan ini yang masih setia berpeluh.
Huff…Anomaly cuaca kali ini benar2 aneh, dan berimbas pada fluktuasi emosi. Arggggghhhhhh…… Setaaaannnnnn Alllllllaaaaaasssssss…………Annnjriiit……. ternyata berteriak bisa melegakan hati ketika sedang emosi. Hahaha… jangan kaget ya Cewek Berlokasi Biru, karena teriakan itu bukan untukmu. Ada sedikit kesalahpahaman di tempat kerja yang membebani pikiran dan menguras emosi. Bukan bermaksud melampiaskannya padamu, tapi kadang-kadang berbagi akan meringankan termasuk berbagi marah itu ^_^
Panjang juga ternyata intermezzo kali ini. Tunggu sebentar, tak enak rasanya tanpa ada backsound menemani cerita indah kita. Folder Tompi terplay di Winamp, kali ini mendendangkan Tak Pernah Setengah Hati… Lumayan, meski bukan lagu pilihan hatimu…
“Memiliki, mencintai dirimu kasihku, tak akan pernah membuat diriku menyesal… sungguh matiku hidupku kan selalu membutuhkan kamu”
Kok tiba-tiba merasa kesindir sama dia y??? mendengarkannya membawa lamunanku menuju sepasang suami istri renta dengan keadaan hidup yang pas-pasan tetapi masih bisa saling memberi dan mengasihi dalam cinta di video klip lagu itu. Hey you… Maukah Kau seperti mereka???
Kok balasannya terkirim secepat ini??? Padahal lagi berharap sangat agar Merpati nyasar lagi kali ini, atau Pak Pos lagi izin tak bekerja karena sepeda ontel nya lagi diperbaiki, biar punya banyak waktu untuk “menyegarkan pikiran” setelah ujian Surat Pertama mu kemaren. Kamu memang kadang misterius…
Membaca suratmu itu sempat terukir kerut di wajahku. Ya, seperti yang kau bilang suratmu kali ini terlalu berat, aku bisa merasakan itu. Apakah lebih berat dari beban hidup yang pernah dan sementara kau jalani??? Tanpa bermaksud menggurui, ingin ku bilang, tetaplah bersabar karena Tuhan selalu membuat skenario hidup manusia dengan proporsi suka dan duka yang berimbang. Dan jika pun duka telah jadi warna hidupmu dulu, yakinlah untuk saat nanti suka itu kan datang. Bukankah Bersakit-sakit lebih dulu dan bersenang-senang kemudian lebih indah daripada sebaliknya???
Akh… hati kita sejak dulu memang telah terpaut tanpa ada ikatan. Ya, hari ku pun lebih berwarna sejak rutin terkomentari status ku di akun pertemanan itu, begitu pun sebaliknya. Menanti sentuhan tanganmu di dinding akun ku itu sama nikmatnya dengan menanti balasan suratmu 9 tahun yang lalu. Apalagi sekarang kau menggunakan media blog ini untuk mewadahi inginku dan inginmu. Tak berlebihan rasanya jika ku katakan kau telah berhasil hadirkan kembali rasa itu. Rasa yang persis seperti katamu membuat hati tak lagi kosong. Kita sudah sama-sama berada dalam posisi yang pas. Seperti segelas Cappucino dengan formula 1 sendok gula, 2 sendok kopi, dan 1 sendok krim. Untuk saat ini biarlah semua berjalan seperti ini, tak perlu menambahi ini dan itu, tak perlu mengurangi dan melebihkan, tak perlu lagi ada meminta dan menolak karena ketakutan terbesarku saat ini adalah ketika tiba-tiba kau dan semua tentangmu berlalu lagi dari duniaku. Terlalu berlebihankah???
(Tompi melagukan Cinta yang Ku Cari…)
“Pabila mungkin saat semua berubah, ku harap rasa sayang itu tetap ada…
Sungguh ku tak mau kau jauh dariku, Maafkan segala ragu ku padamu, kini kusadari cinta yang kau cari”
Kok jadi mellow kayak gini ya??? Haduhhh… gara-gara suratmu neh ^_^ (*nyalahinorang)
Okay Lanjut… sudahi dulu (perih) termehek-mehek menceritakan episode sedih lalu kita. Kita telah membuka lembar yang baru, Dee Lestari pun sudah menutup kans untuk menjadikan Supernova (yang agak gelap) untuk menjadi tetralogi. Cukup Trilogi saja, dan mulailah menyimak Rectoverso dan Perahu Kertas tuk memberikan aura bahagia di setiap sudut hatimu. Buang jauh-jauh cerita duka mu dulu. Karena untuk saat ini, kau hanya butuh tersenyum dan selalu seperti itu. Berilah kesempatan untuk “bahagia” mewarnai harimu saat ini. Klo tak ada alasan untuk melakukannya, jadikanlah aku sebagai alasannya. Tersenymlah untukku, dan anggap senyuman itu bisa membahagiakn hari ku. Maukah kau melakukannya untukku. Nah… seperti itu…!!! Good Girl…
(yang ini off the record, cukup kau dan aku yang tau) Kaumungkin tak tau klo dulu (saat kau jadi “alien” di kelas kami) aku agak takut untuk me”ramah”i mu. Auramu terlalu suram untuk didekati, takut tertular aura jelek itu. Jujur!!! Hahahahaha……
Akhirnya Tompi melagukan Sedari dulu… One of My Favorite Song
“ Kau adalah belahan jiwa, ku tahu itu sayang sedari dulu…
Kau cinta yang hembuskan aku surga dunia di sepanjang nafasku…
Kau adalah belahan jiwa, aku cinta kamu sedari dulu…
Dan Aku takkan berpaling darimu… sayangku…”
Bukankah kita pernah sepakat untuk berbagi kisah yang terlewatkan selama 9 tahun belakangan ini??? Ayo… berceritalah padaku, ceritamu sangat ingin kudengarkan untuk saat ini. Masih ingatkah dirimu??? Pertemuan “tak sengaja” kita di atas kapal yang akan membawamu ke Jogja??? Pertemuan terakhir kita penanda tuntasnya cerita bersambung kita bagian pertama dulu. Sudikah berbagi cerita itu padaku???
Dan sampai juga di akhir surat balasan ini. Walau sudah ku baca berulangkali, tetap saja tak mampu kuterjemahkan dengan sempurna makna tulisanku di atas, mencari inti cerita, dan menemukan celah “nyambung” dengan surat mu itu. Akh, Mungkin emosi masih bersarang di hati untuk saat ini. Tapi aku yakin, kau lebih mudah mengerti apa yang ku tulis Karena kau lebih jago menerjemahkannya. Bukan begitu???
Ku sapa mendung yang mulai menggelapi langit Kota ini,
Cemas yang hadir dan mengerutkan dahi tak mampu menggalaukan hati
Karena ku yakin ada bahagia disana
Lewat aroma tanah yang akan basah, dan rona gembira bocah yang merayakan kehadiran hujan dengan senandung mantra pemanggil hujan “gele…gele….gele…”
14.35btwi, Blue Room @248th Ake Oti Street, Ubo-Ubo
Dariku yang masih tak bisa menemukan “sebutan” yang telah kau berikan
No comments:
Post a Comment